CLASS X TKJA
GROUP 2
ADIE IMAN NURZAMAN
INTAN Y
M. AUNURROFIQ
SUSI SULASTRI
SMK NEGERI 1 MAJALENGKA
Platyhelminthes
*Ciri-ciri
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.
Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih
hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif
terhadap cahaya. Beberapa contoh
Platyhelminthes adalah Planariayang sering ditemukan di balik
batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut
lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.
*Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes merupakan cacing
yang tergolong triploblastik
aselomata karena
memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini
tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak
membentuk sel khusus.
*Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih
disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak
melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih
dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini
terdapat usus yang memiliki cabang ke
seluruh tubuh. Dengan demikian, selain
mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga
melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki
sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan
CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.
*Sistem syaraf
*Sistem syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih :
-Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
-Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).
-Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
-Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).
*Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki
sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung
pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya
berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki
indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki
indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan),
dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). Umumnya, cacing pipih memiliki
sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. Sistem ini terdiri dari
saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang
dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau
lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara
difusi melalui dinding sel.
*Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi
secara aseksual dengan
membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang,
walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.
*Klasifikasi
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3
kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing
hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).
-Kelas Turbellaria merupakan
cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya
adalah Planaria.
-Kelas Trematoda memiliki
alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya
karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda
adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis,
dan Schistosoma.
-Kelas Cestoda memiliki
kulit yang dilapisi kitin sehingga
tidak tercemar oleh enzim di
usus inang. Cacing ini merupakan parasit
pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan
skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi
dengan menggunakan telur yang
telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
*Siklus Hidup Platyhelminthes
Fasciola hepatica
Telur (bersama feces) -> larva
bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica)
-> sporosista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->
menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) ->
dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai
dewasa
Chlornosis sinensis
Telur (bersama feces) ->
mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia ->
menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar
(menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan
-> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
Schistosoma javanicum
Telur (bersama feces) ->
mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan
serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia ->
pembuluh darah vena
*Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid (bersama feces) ->
mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan)
-> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus
manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai
dewasa di manusia -> keluar bersama feces (Inggris).
*Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
Schistosoma
mansoni, penyebab Schistosoma pada manusia.
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah
genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan
melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut
berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti
kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. (Inggris) kerusakan tersebut disebabkan
perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga
menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia, contoh lainnya adalah Clonorchis
sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan
hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah
manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih
juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang
menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan
tubuh udang tersebut.
-Turbellaria (Turbellaria)
-Trematoda (Trematoda)
- Cestoidea (Cestoda)- Monogenea (Monogenea)
-Planaria
-Bipalium
-Clonorchis sinensis
-Cacing Hati
-Cacing Pita
-Schistosoma
*SIKLUS HIDUD PLATYHELMINTHES
Fasciola hepatica
Chlornosis sinensis
Schistosoma javanicum
Taenia saginata / Taenia Solium
No comments:
Post a Comment